4 April 1990, di Terminal Boyolali aku duduk disebuah teras, ku sapu sekelilingku dengan pandanganku, ada agen-agen berderet. Yang kumaksud agen bus. Aku masuk ke satu diantara agen itu, tepatnya agen "TJ" disana tampak operatornya seorang wanita, sekretarisnya barangkali. Aku duduk, tak lama seorang wanita setengah umur datang dan membeli tiket jurusan Lampung, tepatnya Menggala. Kebetulaln aku juga mau kelampung waktu itu tetapi ke Gedung Aji, sayang berangkatnya siang atau bahkan mungkin sore. Sekarang masih pukul 09.00 wib.
Setelah sekian lama ngobrol sana ngobrol sini, wanita yang beli tiket tadi nanya mushola "Dimana ada Mushola?" tanyanya. Rupanya sudah dzuhur pikirku. "Disamping ini, Mbak" kata agen. dan "Nih mukenanya, Mbak" tambahnya.
Tiba-tiba terdengar celetuk "Wah agenya santri juga, ya"
"O, Mas jangan sembarangan ya, AKU INI ORANG TERMINAL, tapi TAK PUNYA WATAK TERMINAL" katanya dengan nada tinggi. Ah yang bagaimana watak terminal itu pikirku.
Setelah sampai di Lampung, seorang wanita yang ternyata bersamaku tadi, mau membeli es balon, setelah dilihatnya anak kecil dengan termos es menjajakan esnya. "Berapa dik esnya?" "Seratus Bu" "Seratus dua ya" "Boleh" terjadi tawar menwar antara anak penjual es dengan ibu disebelahku.
aku terus perhatikan anak tadi menyetujui serarus dapat dua buah. dia ambilkan dua es balon. sambil mengambil uangnya yang seratus dengan tanpa diduga oleh siapapun termasuk yang mau membeli es anak tersebut denga cekatan mengambil yang satu esnya, sembari ngeluyur pergi.
"Eh" sambil tertegun sang ibu kaget.
Aku terus berfikir.......INI YANG MUNGKIN DISEBUT SEBAGAI WATAK TERMINAL ITU.