Serumpun Bunga Dewa Yang tersisa
Harapkan rawat dan tegukan air cinta
enggan menyanyi lewat senada damai
sementara .............
semak menyelimut buta..
merambat ikat yang masih belia
hingga harus runtuh sebelum guna
Bunga .........
Bunga serumpun anggun
dihamparan padang sementara
bila dia kau menangis halus
bila tertiup kau berkata.....
"Ya Tuhan ya penciptaku
aku terlahir berdamping majikan
tuan bersama....setan perbawa...
indah dewa agung bersama
Namun apa...? Guugur sebelum puncak nyata
hingga aku tercampak, hempas tertindas
baja tua...
Bunga kata ratap sang sobat muda
aku malas hidup ......bersama setan
aku tak ingin mati sebelum mekar sentosa
"Sudahlah.....hiburku....."
Aku menbaca kalimat kenangan
di Leneng Tua yang tersisa
"CINTAKU KANDAS DITELAN DEWA AGUNG"
Aku meraba tanah dewa
diam tertunduk merenung nasib
tuntut adil pada siapa.....
aku tersaruk di jalan Dewa, kerikil...
lepas terpencar cari selamat
bak majikan lepas rimbanya jua
Aku mengeluas raga dadaku ini
Tak mampu melebar jari mata tuk dewa
hanya air mata menyertainya duka
Aku melambat termangu...
dibumu puing menyapa sobat
ini rumah neneh mariana (pengantin baru)
Aku hanyut tergayut.....pada kamboja muda
melilit rayut tua dipinggangnya
aku lepas bebaskan namun tiada terima
Aku tahu-aku tahu bisik anggukku
Namun tiada beda aku juga sepertimu
sobat.....balasku
Bunga semain bersuara
sejak pergi tiada pagi tiada siang
sore malampun jua tidak, tuk menyanyikan lagu majikan
Bunga, meski angin menerpa bebasbak hidup tiada lama
matipun rugi semata
tunggu giliran terlindas baja
Bunga tinggal kau saudara
Dulu majikan menggennggam tangan
Dia lepas..... kemana aku memandang
pada Bungakah kau titip khabar?
Bunga.....kemanakah Tuan pergi
kesudut tumpuan Indraloka?
pulang kampung menjaja muka
atau...terbang lepas anuti kaki?
Bunga duka dikeramat kata
saksi raga terserak-serak
bujur kaku terlepas dari sendi
adakah dia kiriman ayat?
Bunga untaian alam ditanggul muda
Kau kokoh bercerita....mengutuk manusia
Banyak riwayat dibadanmu
hingga rentetan baja melunasimu
Bunga lambang kesatuan dewa
meski mati dekat usia
kita juang dalam baris yang jernih
itu tentu ridhonya
Terhempas bunga tiada cari
saksi lembut kehancuran
mata dewa yang meletup
Terhempas badan merawat diri
bunga gugur tiada makna
tumbuh untung cekat usia
Terhempas puing gelegar pengupas pangan ( Gilingan Padi)
Berdiam diri tiada geming lagi
itupun tak lama hidup utuh
Terhempas pula benih untung
tersebar di tangan setan mulus
untuk perut rusak simata dewa
Terhempas...semua....semua.....semua....
Namun dengan bunga kugenggam
kami menyatu.....
kami berseru .....
kami adalah hip atas-Nya.
Sabtu, 31 Oktober 1992
PUISI BEBAS YANG KUPERSEMBAHKAN UNTUK KAMPUNG DEWA AGUNG
www.trisnomarsa.blogspot.com