Di sebuah indomart diwaktu senja yang agak gelap, dengan wajah agak risau karena kulirik jam digital pada HP Nokiaku yang paling murah telah menunjukkan waktu hampir maghrib. Dengan mengajak kedua anakku uminya berkeling mencari apa-apa yang dibutuhkan. Anakku yang kecil tak mau ketinggalan ikut mengambil barang dan dimasukkan kedalam keranjang belanja uminya.
Demi melihat sibungsu membeli jajanan yang dimasukkan kedalam keranjang aku tersenyum, tetapi tak selang beberapa lama jajanan pilihn anaku tadi dah gak ada di keranjang belanja uminya. anakku tahu itu, akhirnya anakku ngambil lagi mainan dan dimasukkan lagi kedalam keranjang belanja uminya, kali ini uminya yang tersenyum sembari melihatku. Uminya bilang "Yah jangan yang ginian mainnya" sambil menyelipkan mainan pihan si bungsu ke etalase indomart.
Sibungsu tahu kalo barangnya gak ada di keranjang uminya, ia bergegas mencari mainan lagi kali dibawalah sebuah tembakan dengan peluru busa sterofoam. "Dah ayo pulang" ajak uminya sambil menuju kasir indomart.
Aku langsung keluar duluan, sama bungsu dan tetehnya. setelah umi keluar dan mau naik motor bungsu tanya "Mana tembakanku Mi?" "Waduh gak ada lo" jawaqb uminya.
"Dik jangan seperti itu, ambilkan tembakan pilihannya tadi" Akhirnya sama sibungsu masuk lagi mengambil tembakan yang tadi sempat ditiinggal dikasir sama uminya.
sambil nonton TV anakku bermain tembakakn, "Nak, apa bagus tembakkanya?" tanyaku mulai mengarahkan pembicaraan. Teapi belum sempat anakku menjawab di TV disiarkan ada tujuh anak dirawat dirumah sakit karena matanya terkena tembakan mainan yang berakibat menjadi buta permanen.
Itulah pembelajaran yang pas buat anakku, akhirnya anakku mengetahui bahwa mainan tembakan itu dapat membahayakan dirinya dan orang lainnya. "Yah, kapan kita ke Indomart lagi?" anakku bertanya. "Emang mau beli apa lagi, Nak?" "Cuma mau jual lagi tembakan Endut" Jawab anakku yang kami memanggil dalam kesehariannya dengan panggilan "endut"
Dwimulyo, 01 September 2012